Brand Journalism: Komunikasi Pemasaran dengan Jurnalisme ala Merek

brand journalism

Gambar diambil dari sini

Seiring dengan makin meluasnya penerapan content marketing, istilah brand journalism juga makin sering dipakai. Dulu pertama kali saya mendengar istilah brand journalism terus terang saja agak bingung.

Maksudnya apa ya? Apakah itu artinya merek memproduksi sendiri berita-berita mereka? Dan, ya, brand journalism kurang lebih seperti itu.

Merek tidak benar-benar menciptakan berita, melainkan membuat konten yang menarik bagi audiensnya. Brand bertindak selayaknya para editor di ruang-ruang berita. Mereka mencari angle-angle menarik dalam menyajikan berita kepada para pembacanya.

Hal ini sebenarnya tidak lepas dari konsep content marketing di mana konten adalah sang raja. Konsumen hari ini adalah konsumen yang tidak percaya lagi pada iklan. Kalau lihat iklan mereka bawaannya nggak percaya. Mereka berpikir, “Ah pasti bohong deh. Lebay tuh pasti iklannya.”

Mereka lebih percaya pada artikel-artikel ulasan di blog atau rekomendasi di media sosial. Kecenderungan ini membuat merek mau tidak mau harus melakukan hal serupa, membuat konten. Pertanyaannya tentu konten seperti apa?

Jawabannya, konten yang diinginkan atau dibutuhkan oleh konsumen. Kesampingkan dulu nafsu ingin jualan.

Di era marketing yang mengedepankan dialog, ide kuno tentang menguasai pikiran pelanggan dengan mencekoki berbagai macam pesan adalah sebuah kesombongan.

Alih-alih memaksa menjejali pelanggan dengan segala macam pesan, konsep brand journalism yang menyajikan pesan-pesan yang mampu mengikat konsumen menjadi lebih penting.  Continue reading

Content marketing: Ketika Marketer Berhenti Jualan

content marketing

Gambar diambil dari sini

Ketika marketing tradisional mulai tidak efektif, hadir sebuah metode bernama content marketing. Dengan metode ini merek dan konsumen bertumbuh bersama, menjadi kawan seperjalanan.

Saat ini kita sedang berada di tengah pusaran perubahan dalam dunia marketing. Marketing tradisional yang sebelumnya kita kenal sedang mengalami perubahan besar-besaran. Hal ini terjadi karena konsumen mulai menutup diri mereka pada praktik pemasaran tradisional.

Iklan di televisi sudah lama dihindari dengan remote control, iklan majalah dilewatkan begitu saja, banner di media online pun nyaris tidak dipandang. Hal seperti ini membuat para marketer semakin sulit untuk menggapai target market mereka.

Efektivitas marketing tradisional yang semakin berkurang membuat para marketer beralih ke content marketing. “Content marketing is the only marketing left,” begitu Seth Godin pernah bilang.

Apa sebenarnya content marketing? Menurut Content marketing Institute, “Content marketing is a marketing technique of creating and distributing valuable, relevant and consistent content to attract and acquire a clearly defined audience – with the objective of driving profitable customer action.”

Content marketing adalah soal menarik perhatian target market melalui konten-konten berkualitas yang relevan. Ini bukan soal jualan dan promosi. Content marketing bukan bicara produk saya nomor satu, tapi soal manfaatnya bagi konsumen.  Continue reading